Minggu, 03 Mei 2009

In The Garden Of Light

BOKONG TEMMAWARI,….. APA ITU ?

“ Naiya ritu pangaja madecengngE, aggurung agama’E : ripassalenna appaseuwwangngE sibawa pakkasuwiyangngE lao ripuangngE, nenniya topa ampE-ampE madecenggE lao ripadatta rupatau, riasengngi ritu bokong temmawari. Nasaba napatiwi’i ritu tau mangkalingaengngi naturusiwi mancaji tau madeceng pangkaukenna, naripuji ripadanna rupatau, na riamasei pole ripuang Allahu ta’ala namadecenna atuwo-tuwongeng ritu ri linona nenniya topa salamai matti lao ri akhera’na. Nawedding topa ritu nappabbatireng lao ri wija-wijanna. “ Artinya : “Nasihat yang baik, pelajaran agama (Islam), terutama yang membicarakan masalah mengesakan (tauhid) dan beribadah kepada Allah swt. Begitupula adab sopan santun kepada sesama manusia disebut ‘bokong temmawari’ maksudnya bekal yang tidak pernah basih. Karena orang yang mendengarnya dan kemudian berusaha untuk mengamalkannya, pasti akan menjadi orang yang baik budi pekertinya, sehingga dia disukai oleh sesamanya manusia dan dirahmati oleh Allah swt. Maka ia akan memperoleh kebaikan hidup dunia dan keselamatan menuju kehidupan akhirat. Dan kemudian pengetahuannya itu dapat pula diajarkan dan diwariskan kepada anak cucunya.”
Inilah nasihat yang sangat membekas dalam hatiku, bagai butir-butir mutiara yang tertanam kokoh di batinku. Setiap waktu terngiang di telingaku. Nasihat ini diucapkan oleh kedua rang tuaku, nenekku, dan begitupula beberapa guruku yang tercinta semasa di madrasah, meskipun dengan redaksi dan susunan yang berbeda. Masihkah anda mendengarkan nasihat ini dilantungkan oleh ayah-ibu, diperingatkan oleh guru-guru tercinta, atau para mubaligh ? Atau anda mendengarkan nasihat yang lain, mungkin saja yang jelas nasihat ini merupakan warisan orang-orang Bugis yang telah menikmati ajaran agamanya. Aku merasa bahwa masihat ini tidak ada yang tersisakan lagi, kuncinya semua telah ada di situ untuk dipakai bekal dalam menempuh kehidupan dunia dan keselamatan akhirat. Karena itu, ia memerlukan pembahasan yang sistematis sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Jadi dalam nasihat ini terdapat tiga hal yang membuat seseorang akan memilki integritas diri dan akan menikmati kehidupan ini dengan baik bila ia memilikimnya, yaitu ; (1) bertauhid, atau disebut dengan makrifatullah, kemudian (2) mengetahui cara beribadah yang benar kepada Allah swt. Kemudian mengetahui pula (3) cara-cara beriteraksi dengan sesama manusia yang disebut dengan akhlakul kariemah (ade’-ade’ sipakalebbi). Dari akhlak ini pula kita kenal adanya (a) akhlak batin dan (b) akhlak lahiriah, kemudian akhlak lahirian itu terbagi ke dalam (1) adab-adab berkenaan dengan kegiatan sehari-hari, (2) adab-adab berbicara, (3) dlsb. Dalam hal ini hampir semua guruku di Aliah dulu berperanan dalam pembinaan ini. Teristimewa peranan guru vak Tauhid, Fikhi dan Akhlak. Kebetulan kesemua mata pelajarnan ini dipegang oleh seorang guru, yaitu Ibu Jamilah B.A. sampai saat ini catatan-catatan pelajaran saya ketika beliau mengajar saya masih tersimpan dengan baik dan saya anggap sangat penting untuk disebar luaskan. Meskipun kami telah mengolahnya dan menambahkan berbagai hal yang diperlukan sesuai dengan bacaan mutakhir mengenai pelajaran tersebut tanpa mengurangi tujuan temanya.
Terimakasih kucapkan kepada gurunda tercinta, yaitu khususnya kepada Ibu Jamilah, kemudian Ibu Nurhatiah, ibu Hamdanah, Ibu Hadijah. Begitupula kepada Pak Harist Ya’kub, mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam akan menjadi buku kedua dari buku ini. Sungguh cara beliau menjelaskan peradaban Islam masa lalu, mengaguman saya sehiggna aku begitu bangga dengan Islam..............betul surprise........... Dan salam hangat kepada gurku yang lain, Pak Husain, Pak Juni, Pak Muhsin Baqi ketika itu sebagai kepala sekolah yang penyabar dan peramah. Last but not least, I convey my best wishes to Mr. Samadung, For his fruitfull guidance and teaching in English to make me enter Hasanuddin University to take majoring in English.
May Allah bless you !!!



















DARI MANA KITA MULAI ?


Ketika aku di Sekolah Ibtidaiyah Tobenteng, sebuah kampung di pesisir barat Kabupaten Bone, kami diajarkan Mahfudzat yang berisi kata-kata hikmah yang harus dihafal. Salah satu ungkapan yang paling kuingat adalah ‘ilmu itu adalah cahaya’ (Al-‘llmu Nurun). Ketika Ibu Jamilah menerangkan tentang tauhid i’tiqad, beliau menjelaskan bahwa bila keyakinan tauhid telah tertanam dalam hati seseorang maka terpancarlah ‘nur iman’ dari dalam qalbunya sehingga Allahlah selalu menjadi teman bercandanya, terwujud kondisi maiyatullah (selalu bersama Allah) dan mahabbatullah (cinta kepada Allah) dalam dirinya. Mengingat Allah menjadikannya begitu tenang……….oohhhooo aku merasa inilah cahaya di dalam cahaya ; Ilmu Aqiedah. Inilah yang perlu dipelajari di dalam kelambu heheheh…..tapi tak perlu seperti itu. Karena sebentar kita akan memperoleh penjelasan setahap demi setahap tanpa perlu ada yang disembunyikan tentang ilmu ini. Karena ia adalah warisan yang paling berharga dari Rasulullah saw. yang wajib disebarluaskan kepada ummat manusia.
Tentunya kita akan mulai dengan penjelasan kata ‘aqiedah’. Kata ini berasal dari akar kata ‘aqdan atau al-’aqd berarti simpul, ikatan, perjanjian yang kokoh sedangkan ‘aqiedah’ berarti keyakinan. Relevansi antara arti ’aqdan’ dengan ’aqiedah’ adalah bahwa keyakinan itu tersimpul dengan kokoh di dalam hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian. Oleh karena itu, aqiedah adalah perbuatan hati, yaitu kepercayaan hati dan pembenarannya terhadap sesuatu yang diyakininya. Hasan Al-Banna berkata : “ Aqaid (bentuk jamak dari aqiedah) adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hatimu mendatangkan ketenangan yang tidak bercampur sedikitpun dengan keragu-raguan.” Ikatan yang kuat di dalam hati (’Singkaroang mare’ ri lalenna ati’e’) itulah yang dimaksud aqiedah. Kalau begitu apa sih bedanya dengan iman.............eehh sangat berbeda karena aqiedah adalah bagian dalam (aspek batin) dari iman. Sebab iman menyangkut aspek batin dan aspek lahiriah. Aspek dalamnya (internal) berupa keyakinan dan aspek luarnya (eksternal) berupa pengakuan lisan dan pembuktian dengan amal perbuatan.
Menurut Syar’i, aqiedah ialah iman yang kuat kepada Allah dan apa yang diwajibkan berupa tauhid (mengesakan Allah dalam perbadatan), beriman kepada malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari Akhir, takdir baik dan buruk-Nya, dan mengimani semua cabang dari pokok-pokok keimanan ini serta hal-hal yang masuk dalam kategorinya berupa prinsip-prinsip agama.
Sebagian ulama menamai aqidah dengan sebutan ushuluddin. Karena ia adalah pokok agama, atau akar dari keislaman. Mengingat agama ini terbagi atas dua bagian yaitu : keyakinan (i’tiqadat) dan amalan (amaliyat). Amalan adalah ilmu syariat dan hukum yang berhubungan dengan tata cara ibadah, seperti hukum shalat, zakat , puasa, haji dan jual beli dan selainnya. Biasa juga disebut cabang ( far’iyyah atau furu’). Ia laksana cabang dari ilmu aqiedah, karena aqiedah adalah ketaatan yang paling mulia, dan keshahihan aqiedah merupakan syarat diterimanya ibadah amaliah. Sebagai ilmu yang paling mulia, maka jika aqiedah itu rusak, niscaya amalan tidak akan diterima dan pahalanya gugur ( QS. Az-Zumar 65). Aqiedah yang shahih adalah aqiedah Ahlu Sunnah wal-Jamaah, yaitu aqiedah yang berakar dari Al-Qur’an dan bersandarkan pada sunnah nabi, yang berpungsi sebagai penjelas Al-Qur’an sebagaimana telah dipahami oleh para sahabat dan para tabiin.
Menurut Syaikh Abdullah bin Abdul Azis Al-Jibrin mengatakan bahwa ciri khas aqiedah Islam sangat banyak, tapi yang paling penting adalah (1) bersifat ghaib atau masalah yang berada di luar jangkauan indera. Oleh karenanya tidak dapat ditangkap oleh salah satu dari panca indera; pendengaran, penglihatan, sentuhan, penciuman dan rasa. Allah telah memuji orang-orang yang beriman kepada yang gaib (QS. Al-Baqarah 1-3). Bahkan Allah akan memberi pahala dan ampunan yang besar bagi hamba yang takut kepada-Nya, padahal Dia tidak terlihat olehnya (QS.Al-Mulk 12). (2) bersifat Tauqifiyah , aqiedah Islam berdasarkan kitab Allah dan Sunnah yang shahih dari Rasul-Nya, Muhammad bin Abdillah, tidak ada ruang untuk ijtihad di dalamnya. Sebab aqiedah yang benar itu harus berupa keyakinan yang kuat tidak dicampuri sedikitpun keraguan, maka sumber-sumbernya harus diyakini kebenarannya. Ini tidak ditemukan kecuali dalam Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya yang shahih. Semua sumber yang bersifat zhanniyah (praduga), seperti qiyas dan hasil dari akal-pikiran manusia, tidak sah dijadikan sebagai landasan aqiedah. Barang siapa yang menjadikan sesuatu darinya sebagai sumber aqiedah, maka ia telah kehilangan aspek kebenaran dan menjadikan aqiedah sebagai ruang untuk ijtihad (pemutusan suatu hukum berdasarkan kesungguhan berfikir) yang bisa salah dan bisa benar.
Meskipun sebagian dari ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah tentang aqiedah dapat ditemukan hikmahnya oleh akal pikiran manusia sebagai pelengkap pembahasan tapi bukan patokan dasar dalam berakidah. Taengngrang madecengngi silessureng !
Nah marilah kita mengenal hal-hal yang pokok untuk dipahami dalam bidang bahasan ilmu Aqiedah, sebagaimana telah dikemukakan oleh ibu Jamilah juga dikemukakan oleh Pak Yunahar Ilyas, ini amat penting untuk memacu perjalanan rokhaniayah kita menuju taman cahaya (the garden of light) , yang membutuhkan penerangan yang jelas dari Allah swt. yang maha mengetahui yang lahir (fisik) dan yang ghaib (metafisik). Di bawah ini ada empat masalah pokok yang akan kita jelajahi untuk mengenal rambu-rambu perjalanan kita , yaitu : (a) Ilaahiyat (Ketuhanan) dalam bidang ini kita akan berkenalan dengan Allah Azza wa Jallah, Zat yang Maha Agung, Pencipta, Pemilik, Pemelihara segala sesuatu. Mendengarkan Apa keinginan-Nya terhadap diri kita selama berada di bumi-Nya ini. Sehingga kita berjalan dengan rambu-rambu yang terang menuju ridha-Nya. (b) Rukhaniyat, yaitu dalam pembahasan ini kita akan menjelajah alam metafisik, bersama dengan makhluk yang patuh kepada Allah yaitu malaikat. Kemudian makhluk gaib lainnya seperti jin, iblis, syaitan, roh dan lain sebagainya. (c) Nubuwat ( Kenabian) dalam bidang ini kita akan mengenal bahwa Allah swt. telah mengutus para rasul yang menyampikan risalah-Nya agar manusia bahagia di dunia dan selamat di akhirat. (d) Sam’iyat pada bagian ini kita akan mendengarkan berbagai perkara yang gaib yang telah diberitahukan oleh Rasul lewat sam’i dalil naqli yang menjelaskan tentang adanya alam barzak, azab kubur, akhirat, tanda-tanda kiamat, syurga dan neraka.
Jelas kan ! Betapa pentingnya aqiedah itu, tidak salah kalau dikatakan ia adalah jalan menuju the garden of light. Pantulan cahayanya menerangi jiwa dan amal-amal kita sehingga berterima disisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Itulah sebabnya Guruku La Habe, nenekku, berkata : ”Pessanna’ mamase-mase tuwo rilono’e iyya’e assaleng de’to uwassarang teppe’ku” artinya : “Biarlah saya hidup apa adanya di dunia ini, asalkan saya tidak bercerai dengan aqiedahku.” Beliau benar-benar mengetahui rahasia yang terkandung di dalam aqiedah itu, yang merupakan modal utama menuju keharibaan Allah swt. Inilah prinsif yang kokoh yang dipegang beliau sampai wafat pada tahun 1975. Semoga Allah merahmatimu wahai nenek tercinta. Amin !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar